RSS

Tag Archives: warahmah

Menyikapi Istri yang Rajin Ibadah Tapi Kurang Melayani Suami

Menyikapi Istri yang Rajin Ibadah Tapi Kurang Melayani Suami

“Apa saya tinggalkan saja dia, ya?” curhat seorang suami. Ini hanya cerita ilustrasi.

“Dia memang salehah, ibadahnya rajin. Salat malam, puasa sunnah, baca Al-Qur’an, amalnya hebat. Tapi pelayanan kepada suami kurang. Habis Isya sering tidur, padahal saya baru pulang kerja dan butuh layanannya. Kan jadi aneh, saya cemburu sama Tuhan,” tukasnya lagi.

“Ya sudah, lebih baik dia fokus ibadah saja. Saya tak mau membebaninya dengan tuntutan untuk memperlakukan suami sebagaimana layaknya. Saya rasa Tuhan akan setuju kalau saya melepas dia. Mungkin kalau kami berpisah, akan mendatangkan keadaan yang lebih baik bagi masing-masing kami.” Sudah sampai taraf itu si suami mengambil kesimpulan.

Wajarkah kecemburuan itu, Kisanak? Benarkah perpisahan itu akan menghadirkan win-win solution?

Rasulullah SAW pernah menceraikan seorang istrinya yang dirasa telah melewati batas meluapkan sikap cemburu. Bahkan demi meredakan kecemburuan istrinya itu Rasulullah sampai-sampai menetapkan pengharaman atas apa yang dihalalkan oleh Allah SWT, hingga beliau SAW ditegur dalam surat At-Tahrim.

Sekilas, bagi pria umumnya, alasan posesif itu hal yang sedikit bisa dimaklumi untuk melepas pasangan. Pada apa yang terjadi dengan rumah tangga Rasulullah, sang istri tak hanya posesif, namun sempat melanggar perintah Baginda Nabi SAW.

Namun rupanya bagi Rasulullah perpisahan itu tidak dibenarkan oleh Allah SWT. Karena istri yang ditalak adalah perempuan salehah yang banyak beribadah dan berpuasa.

Ummul Mukminin itu adalah Hafsah binti Umar bin Khattab r.ha. Cromboloninya, eh… kronologinya begini. Suatu ketika Rasulullah berada di rumah Hafsah yang sedang tidak berada di tempat. Lalu istri Rasulullah yang lain yaitu Maria Qibthiyah datang untuk suatu keperluan.

Kemudian Hafsah pun pulang ke rumah dan mendapati Rasulullah & Maria Qibthiyah sedang berada di dalam. Ia pun merajuk. Hingga untuk meredakan kemarahan Hafsah, Rasulullah bersumpah untuk tidak lagi menggauli wanita Qibthi yang berasal dari Mesir tersebut.

Hafsah diminta untuk merahasiakan sumpah itu. Namun ia malah membocorkan kepada istri Rasulullah yang lain. Maka marahlah Baginda Nabi. Dan kata talak pun terucap kepada Hafsah.

Namun Jibril membela anak Umar bin Khattab r.a. tersebut. “Jangan kamu ceraikan dia, karena dia adalah wanita yang gemar berpuasa dan menunaikan salat malam. Dan dia akan menjadi istrimu di Surga.” Rasulullah pun rujuk dan tak jadi berpisah dengan Hafsah.

Dari kisah di atas, para suami bisa mengambil ibrah bahwa menceraikan wanita salehah ahli ibadah itu tidak recommended. Alasan yang dikemukakan Jibril sudah jelas, yaitu karena wanita yang ditalak tersebut gemar shaum dan qiyamullail. Selain ada alasan lain bahwa Hafsah akan menjadi istri Rasulullah di surga.

Bahwa muslimah yang rajin ibadah itu punya kekurangan, ya wajar saja karena tidak ada manusia yang tak punya kekurangan. Tapi memaafkan mereka lebih baik daripada menyerah dan mengambil keputusan yang menyakitkannya. Apalagi bila dalam pernikahan sudah menghasilkan buah hati.

Setelah memaafkan, komunikasikanlah baik-baik dan penuh kesabaran agar ia berubah. Jangan lupa minta bantuan kepada Dzat yang wanita itu rajin menghambakan diri, yaitu Allah SWT. Agar sang istri mau memperbaiki sikap sehingga hak-hak suami tidak terbengkalai.

Dan jangan lupa pesan Robbani yang terdapat dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 19.

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”

Panduan menyikapi istri yang kurang memenuhi hak suami ada pada surat yang sama di ayat ke-34. Silakan dibaca beserta tafsirnya.

Jangan terburu-buru putus asa dari memperbaiki mereka, karena istri yang salehah adalah perhiasan yang sangat berharga.

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salehah.” (HR Muslim).

*****

Disclaimer, tulisan ini tidak membenarkan istri yang lalai memenuhi hak suaminya, karena itu jelas salah. Namun apakah langsung dihukum saja dengan perceraian? Kalau itu solusinya, kita bisa membuat puluhan daftar alasan dari yang ilmiah sampai emosional. Karena banyak jalan untuk berpisah.

Tapi ajaran Islam punya semangat “mengulur perceraian” seperti yang tersurat pada surat An-Nisa ayat 19 di atas. Tulisan ini berfokus pada suami agar tidak terburu-buru meruntuhkan apa yang sudah dibangun bersama, sehingga kurang mengelaborasi dari sisi istri

Poinnya, istri yang tidak patuh itu memang salah dan menjengkelkan buat suami. Tapi kalo wanita tersebut salehah, masih layak dipertimbangkan, dicarikan solusinya, didoakan, ajak konseling, dll. Penuhi dulu resolusi QS 4:34. Karena istri salehah itu perhiasan berharga.

Surat At-Tahrim memberikan ancaman talaq kepada istri yang tidak patuh, dan Rasulullah juga sudah melakukannya kepada ibunda Hafsah. Tapi kemudian beliau SAW rujuk karena bujukan Jibril. Nah, pendekatan saya adalah membujuk para suami dulu (pertimbangkan kesalehahan istri) sebelum terlanjur cerai karena cerai itu pasti menyakitkan bagi anak.

Allahua’lam bishshowab.

 

Tags: , , , , , , ,