RSS

Tentang Bagaimana Cara Kita Meminta Pada-Nya

10 May
Tentang Bagaimana Cara Kita Meminta Pada-Nya

Manna dan Salwa itu makanan yang eksklusif. Beruntung sekali Bani Israil bisa menikmati dua makanan tersebut ketika Allah tengah menghukum mereka dengan tersesat berpuluh tahun di Gurun Sinai. Manna adalah makanan mirip atau sejenis madu, sedangkan Salwa adalah sejenis burung puyuh. Maka vitamin, mineral serta protein nabati terpenuhi bagi mereka. Belum lagi ketika Allah menganugerahi dua belas mata air yang terpancar dari batu yang besar.

Hanya saja mereka kemudian menuntut sebuah permintaan yang terkesan kurang berterima kasih. Tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 61, Allah SWT ceritakan kelakuan mereka begini:

“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya”. Musa berkata: “Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta”. Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.”

Hasil bumi yang mereka minta itu jelas makanan yang lebih rendah nilainya daripada Manna dan Salwa. Kalau mereka mau, bisa mereka dapati dengan berkunjung ke sebuah kota dan membeli di pasarnya. Namun mereka ingin dapatkan tanpa susah payah seperti mereka mendapatkan dua makanan spesial tadi.

Sangat pantas mereka mendapat kenistaan dari Allah SWT. Tapi Dia yang Maha Pemurah menghukum mereka bukan karena sekadar meminta makanan dari hasil bumi – makanan yang terbiasa mereka makan selama belum terusir dari Mesir. Tetapi cara meminta yang tak tahu terima kasih.

Pertama, perkataan mereka “tidak akan sabar”, seakan nikmat eksklusif itu adalah musibah. Tak ada syukur sama sekali. Kedua, mereka “ngeboss” dengan menyuruh Nabi Musa a.s. untuk meminta kepada Allah SWT untuk memenuhi tuntutan mereka.

Agar tidak bersikap seperti mereka, Rasulullah SAW mencontohkan sebuah doa yang penuh adab kepada Allah SWT. Doa itu berbunyi:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَصْبَحْتُ (أَمْسَيتُ) مِنْكَ فِي نِعْمَةٍ وَعَافِيَةٍ وَسِتْر فَأَتِمَّ عَلَيَّ نِعْمَتَكَ وَعَافِيَتَكَ وَسِتْرَكَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَة

Ya Allah, sesungguhnya aku berpagi hari dari-Mu dalam kenikmatan, kesehatan, dan perlindungan. Maka sempurnakanlah untukku kenikmatan, kesehatan, dan perlindungan-Mu itu, di dunia dan akhirat.

Hadits di atas menginspirasi tentang cara doa yang elegan. Di awal doa diakui dulu nikmat yang telah Allah berikan, lantas kita memita apa pun yang diinginkan selama itu baik.

Misalnya, “Ya Allah aku bersyukur sudah kau beri nikmat kendaraan motor, aku mohon tambahkan nikmat-Mu padaku berupa mobil.”

Atau, “Ya Allah, aku bersyukur telah kau berikan istri yang salehah. Maka tambahkanlah nikmat-Mu padaku…” Apa gitu terserah. Misalnya tambahkan dengan anak-anak yang saleh/salehah juga, tambahkan dengan keharmonisan, tambahkan dengan kemudahan menafkahi keluarga, atau hal lain yang terlintas di pikiran bapak-bapak.

Cara meminta serupa ini telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim A.S.. Pada rentetan ayat tentang doa beliau dari ayat 35-41 surat Ibrahim, terselip pujian syukur kepada Allah SWT seraya menyebut nikmat-Nya yang telah menganugerahi anak-anak yang saleh.

“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(-ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.” (QS Ibrahim: 40).

Karena itu Rasulullah SAW bersabda bahwa termasuk dalam adab berdoa adalah memuji dan mengagungkan Allah SWT.

“Apabila kalian berdoa, hendaknya dia memulai dengan memuji dan mengagungkan Allah, kemudian bershalawat kepada Nabi ﷺ. Kemudian berdoalah sesuai kehendaknya.” (HR. Imam Tirmidzi)

Maka andai Bani Israil memuji Allah atas nikmat Manna dan Salwa, nikmat dimerdekakan dari penjajahan Fir’aun, nikmat mendapat naungan awan, atau nikmat yang lain yang telah banyak terlimpah kepada mereka, lalu mereka berdoa dengan rendah hati agar dipermudah mendapatkan sayur mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, gandum, dll tentu Allah SWT akan menambahkan limpahan anugerah kepada mereka.

Tapi mereka malah ngeboss, bersikap “tak tahu diuntung”, sehingga Allah SWT pun menistakan mereka.

 

Komentar dooong...!!!