“Gw kerjanya mengotomatisasi kerjaan-kerjaan orang di sini.” Kata teman saya sambil membanggakan diri di sebuah obrolan ngalor ngidul penuh becanda antara 3 orang karyawan gaji pas-pasan yang sedang beradu sombong.
“Eits, jangan bangga dulu.” Ujar saya. “Gw pernah ngerjain projek sistem informasi di sebuah bank. Kata karyawan di situ, kalo programnya udah jadi, beberapa orang bakal diputus kontraknya. Jadi, mengotomatisasi kerjaan itu belum tentu membantu kerjaan orang. Membantu kerjaan perusahaan sih iya. Tapi membantu orang, nggak juga. Yang ada malah memutus mata pencaharian orang lain.” Lanjut saya.
Kemudian dialog itu berlanjut terus dengan hahahihi.
Satu poin yang ingin saya tulis di blog dari percakapan saya dengan dua teman itu. Yaitu teknologi yang seperti dua sisi uang logam. Ada sisi yang membawa kebaikan, tapi ada juga sisi yang membawa keburukan bagi manusia.
Keburukan dari teknologi untuk pekerja berawal saat revolusi industri di Inggris di akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 yang saat itu sedang booming penemuan mesin tekstil dan penemuan mesin lainnya. Mesin-mesin yang membuat ribuan tenaga kerja terputus mata pencahariannya. Karena mesin-mesin itu bisa mengambil alih pekerjaan beberapa orang sekaligus. Otomatisasi. Membahagiakan pemilik modal, namun menyengsarakan buruh.
Tapi pada akhirnya teknologi pun membuka lapangan pekerjaan baru. Misalnya dari pekerjaan kasar memotong dan menjahit pakaian, menjadi pekerjaan merancang dan mengoperasikan mesin dengan tuntutan pengetahuan dan ide-ide yang lebih. Namun jumlah lapangan kerja yang disediakan pun tidak bisa sebanyak tenaga kerja yang tergerus oleh otomatisasi.
Dan kelak pekerja yang merancang sistem otomatisasi pun akan semakin tergerus karena pekerjaannya bisa dibuat lebih otomatis lagi. Misalnya dalam membangun sebuah sistem aplikasi, diperlukan tenaga programmer, designer untuk merancang tampilan, pembuat report, dll. Mungkin kelak ada sebuah tools yang memungkinkan pekerjaan men-develop program itu hanya dihandle oleh satu dua orang karena beberapa pekerjaan bisa diotomatisasi oleh tools itu. Senjata makan tuan bagi karyawan di bidang teknologi. Atau misalnya untuk membuat sebuah mesin diperlukan tenaga 10 orang. Kemudian zaman makin canggih sehingga untuk membuat mesin itu sudah ada perkakas baru yang bisa mengambil alih pekerjaan 5 orang. Sehingga untuk membuat satu mesin makin sedikit orang yang diperlukan.
Pada akhirnya kita tidak bisa mengutuk perkembangan teknologi. Karena itu sudah menjadi tuntutan zaman. Yang bisa kita lakukan adalah semakin memperkokoh posisi kita dengan pengayaan kapasitas. Ilustrasinya, untuk menghindari PHK, seorang penjahit harus memiliki kecakapan mengoperasikan mesin. Sehingga saat mesin tekstil datang, buruh itulah yang dipilih untuk menjalankan mesin. Dan dia tidak jadi di PHK.
Orang yang bekerja di dunia teknologi pun dituntut untuk selalu meng-update pengetahuannya. Karena tiap hari ada saja penemuan baru.
Atau, idealnya setiap orang harus punya jiwa wirausaha. Sehingga manusia zaman sekarang tidak menggantungkan hidupnya pada pabrik atau perusahaan.
Menyempurnakan semua ikhtiar itu, adalah sikap tawakkal dan percaya bawa Allah telah menjamin rezeki semua makhluk hidup. 🙂 “Dan tiada satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya” (Surah Hud, ayat 6).