Apakah Anda membaca berita penemuan peti mati di Mesir yang berusia 2.500 tahun baru-baru ini? Harusnya tulisan ini serius. Tapi sebelum membahas penemuan itu, mohon izin untuk menyelipkan sebuah cerita humor (tentu saja fiksi) yang punya korelasi dengan tema.
Para ahli sejarah meneliti peninggalan zaman purba di tiga negara: Inggris, Jepang, dan Indonesia. Penggalian dilakukan. Dan pada kedalaman 200 meter para peneliti menemukan tembaga di sebuah daerah di Inggris. Lalu disimpulkan bahwa sejak 10.000 tahun lalu masyarakat Inggris sudah menggunakan kawat tembaga untuk berkomunikasi.
Di Jepang, pada kedalaman 500 meter ditemukan serpihan kaca yang disimpulkan bahwa sejak 10.000 tahun lalu masyarakat Jepang sudah menggunakan teknologi fiber optic.
Berbeda dengan di Indonesia, sudah 1000 meter lebih kedalaman digali namun tak ditemukan suatu hal yang menarik. Kesimpulan diambil, bahwa masyarakat Nusantara sudah menggunakan teknologi wireless (tanpa kabel) sejak 10.000 tahun lalu.
Kembali ke dunia nyata, baru-baru ini di awal Oktober 2020 di Mesir ditemukan 59 peti mati kuno yang terawetkan yang telah terkubur sejak 2.500 tahun lalu. Melanjutkan penemuan 14 peti mati pada awal September sebelumnya.
Arkeolog mendapat banyak limpahan peninggalan kebudayaan kuno di Mesir. Dari bangunan hingga teknologi pengawetan mayat. Bahkan jasad Fir’aun yang didakwahi Musa a.s. pun disinyalir telah ditemukan.
Piramida yang menjulang tinggi, hieroglif atau aksara Mesir yang terukir di bangunan-bangunan yang masih berdiri, makam para raja/Fir’aun, mumi, Sphinx dan patung-patung, menyisakan jejak adanya peradaban maju dua-tiga millenium yang lalu.
Dan peninggalan-peninggalan itulah yang disinggung Allah swt dalam Al-Qur’an surat Ghafir dua kali.
Pertama dalam ayat ke-21.
“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di bumi, lalu memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) peninggalan-peninggalan (peradaban)nya di bumi, tetapi Allah mengazab mereka karena dosa-dosanya. Dan tidak akan ada sesuatu pun yang melindungi mereka dari (azab) Allah.”
Dan yang kedua, ayat ke-82
“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di bumi, lalu mereka memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu lebih banyak dan lebih hebat kekuatannya serta (lebih banyak) peninggalan-peninggalan peradabannya di bumi, maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka.$
Kedua ayat tersebut tentu Allah sengaja letakkan di sebuah surat yang membahas 20 ayat (dari ayat ke-23 sampai ke-42) tentang dakwah tauhid di Mesir. Yang juga menarik dalam penggalan kisah di surat tersebut, sebagai tokoh utama adalah seorang pemuda dari keluarga Fir’aun yang menyembunyikan keimanannya lalu berusaha mengajak kaumnya beriman atas apa yang disampaikan Musa a.s.. Pemuda itu juga menggunakan pengaruhnya untuk menggagalkan pembunuhan kepada Rasulullah.
Ayat ke-21 di atas didahulukan untuk membuka cerita dakwah di Mesir, di kerajaan yang hingga kini dunia modern masih menemukan peninggalan-peninggalannya yang menakjubkan. Lalu ayat ke-82 diulang lagi dengan redaksi yang hampir serupa sebelum surat Ghafir itu berakhir untuk menjaga fokus pelajaran kepada pembacanya.
Bisa dipahami bila Allah gunakan redaksi “mereka lebih hebat” dalam dua ayat tadi ketika yang diajak bicara adalah orang-orang Quraisy yang tak mampu membuat bangunan seperti Piramida. Lalu bagaimana dengan jaman sekarang ketika gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi dan teknologi komunikasi sudah begitu canggih? Rasanya kita akan menganggap peradaban modern lebih hebat dari era Firaun.
Ya tetap saja, sehebat apapun peradaban itu bila penduduknya tidak beriman kepada Allah swt, maka sebuah ketentuan berlaku: adzab akan meluluhlantakkan apa yang ada di muka bumi.
Kecanggihan teknologi tak mampu menentang kuasa Allah. Makanya di awal surat Ghafir tertulis: “… Karena itu janganlah engkau (Muhammad) tertipu oleh keberhasilan usaha mereka di seluruh negeri.” (QS: 40: 4)
Sila sempatkan waktu setelah membaca tulisan ini untuk membuka kembali surat Ghafir – atau terkenal juga dengan nama surat Al-Mu’min yang merujuk pada pemuda beriman dari keluarga Fir’aun – lalu tadabburi sambil membayangkan suasana Mesir jaman dahulu yang bertebaran Sphrinx, bangunan Piramida menjulang tinggi, dan benda-benda lain yang bertahan di dunia modern ini, yang kemudian Allah sudahi peradaban itu karena kekafiran mereka.
Lalu ucapkan, shodaqallahul’ azhim.