RSS

Monthly Archives: October 2019

Solusi yang Ditunda-tunda Untuk Anies dan Jakarta

Miris membaca berita soal rencana anggaran Pemprov DKI tahun 2020 yang diperbincangkan masyarakat belakangan. Pengadaan lem aibon Rp 82,8 miliar dan ballpoint Rp 123,8 miliar adalah contoh keanehan pada RAPBD itu.

Dalam video yang dirilis oleh diskominfotik Pemprov DKI, Gubernur Anies Baswedan sampai garuk-garuk kepala melihat angka-angka yang tidak masuk di akal. Ketika Rapat Pembahasan RAPBD 2020 bersama SKPD, Anies berpesan tegas agar anggaran Jakarta yang bertriliun-triliun rupiah tersebut bisa menyentuh rakyat yang paling miskin. Ia juga menyindir, “kita ini ingin meningkatkan pendidikan atau mau membahagiakan yang bekerja di bidang pendidikan?”

Anies marah ada anggaran penghapus dan kalkulator masing-masing sebesar 31 miliar. “Ini karena kecil-kecil, sembunyi-sembunyi sana sini, lolos.” Katanya. “Karena itu kita petani satu-satu.” Tidak boleh ada anggaran tidak jelas, perintahnya. Cukup sudah belanja yang tidak penting.

Anies bukannya diam terhadap bau mark up yang menyengat. Terbantah sudah apa yang dikatakan Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Saefullah bahwa Gubernur DKI itu tidak mungkin mengecek satu per satu usulan anggaran dalam rancangan KUA PPAS 2020. Potongan-potongan video dari diskominfotik saat Anies membredel angka-angka rekaan anak buahnya sudah tersebar di media sosial.

Hanya saja bagi hatersnya, Anies tetap dituduh bersalah walau ia telah melawan. Berbeda ketika Ahok juga dikerjai para perancang anggaran – sampai-sampai ia mengatakan “pemahaman nenek lu” – haters Anies memuji-muji Ahok setinggi langit. Sama-sama dikerjai bawahan, sama-sama melawan, tapi yang satu dibully yang satu dipuji.

Di jaman Jokowi-Ahok pun pernah terjadi anggaran ganda APBD 2014 yang mencapai 1,8 Triliun yang ditemukan BPK DKI Jakarta. Kala itu Direktur Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Uchok Sky Khadafi mensinyalir adanya pembiaran oleh Gubernur Jokowi. Sampai muncul suara mendesak KPK turun tangan melakukan penyidikan, yang dilantangkan oleh Koordinator Barisan Muda Anti Korupsi (Berantas) Hamidi.

Kasus anggaran UPS tahun 2016 juga belum begitu lama berlalu. Jadi, memang anggaran fantastis ini sudah jadi penyakit sejak lama. Tak hanya di Jakarta, bahkan di Pemprov seluruh Indonesia. Bedanya, media lebih sibuk menyoroti ibu kota. Apalagi yang memimpin saat ini adalah orang yang mendapat dukungan umat Islam.

Anies melawan sendirian. Karena sampai saat ini belum ada wakil tempat membagi kerjanya. Padahal PKS telah menyodorkan dua kandidat yang sangat bisa diandalkan untuk memeriksa anggaran. Sayang, DPRD DKI terlalu lama kerjanya untuk memutuskan pengganti Sandiaga Uno itu.

Antara Ahmad Syaikhu atau Agung Yulianto harusnya sedang menemani Anies hari-hari ini untuk menyisir keanehan dalam RAPBD 2020. Mereka berdua sama-sama alumni Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Dari latar belakang pendidikan, sudah cukup bukti keandalan mereka.

Ditambah lagi karir Ahmad Syaikhu sebagai anggota DPRD Bekasi pada 2004 dan DPRD Jabar periode 2009-2013. Pada 2013, Syaikhu mendampingi Rahmat Effendi memimpin kota Bekasi setelah menang dalam Pilkada.

Sementara Agung Yulianto memulai kariernya sebagai auditor dan sempat berdinas di BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) Pusat. Terakhir ia memutuskan untuk menjadi pengusaha.

Uji kepatutan dan kelayakan telah digelar bulan Februari 2019 lalu untuk mereka berdua. Hasilnya, menurut ketua tim penguji Ubedilah Badrun, keduanya memiliki kelebihan yang bisa memperkuat Anies Baswedan mengelola provinsi yang dihuni 10,5 juta jiwa itu.

Syaikhu memiliki modal yang kuat di bidang pemerintahan. “Syaikhu itu mampu mengambil keputusan-keputusan karena mungkin latar belakangnya sebagai eksekutor. Dia terlihat mudah untuk memilih kebijakan,” kata Ubedilah kepada CNNIndonesia.com.

Sementara Agung memiliki kemampuan untuk menerjemahkan setiap visi menjadi suatu program. Selama fit and proper test, kata Ubed, Agung terlihat menonjol di bidang ekonomi. Dia dinilai mampu menguasai isu perekonomian terutama peta ekonomi di Jakarta. Agung juga dipandang sebagai orang yang terbuka saat ujian. “Dia memahami pola keuangan pemerintah dan mampu di eksekutor di ekonomi. Penguasaan detail tentang peta ekonomi juga terlihat pada diri Agung.”

Bisa dibayangkan bila yang menjadi wakil Anies adalah Muhammad Taufik yang pernah terjerat kasus korupsi logistik pemilu? Apakah tepat bila profil seperti itu yang membantu Anies mengawasi anggaran? Liputan6 pernah mengangkat berita bahwa politikus Gerindra itu dicalonkan partainya menjadi pengganti Sandiaga Uno. “Sudah ada, Pak Taufik. Tetap. Kan ditunjuk oleh DPP saya enggak bisa jawab,” kata Anggota DPRD DKI asal Gerindra, Syarif kepada Liputan6.

Terasa sekali bahwa balaikota butuh sosok Ahmad Syaikhu atau Agung Yulianto. Menurut saya, zalim lah anggota DPRD yang sengaja mengulur-ngulur penetapan wagub Jakarta. Harusnya masyarakat ibukota sekarang bisa tenang dipimpin oleh orang yang amanah dan paham seluk beluk anggaran.

 
Leave a comment

Posted by on October 30, 2019 in Artikel Umum

 

Buzzer Kemungkaran, Bentuk Modern Mustakbirun

Fungsi buzzer atau influencer adalah mempengaruhi orang yang terhubung dengannya dalam media sosial untuk sebuah opini tertentu. Dalam bisnis tugas mereka adalah memperkenalkan produk, dan dalam politik mereka mencitrakan atau menjatuhkan sebuah entitas politik, atau mendukung sebuah pendapat sehingga menjadi arus yang diikuti oleh followernya.

Sehingga buzzer biasanya adalah selebriti media sosial dengan angka follower yang besar. Atau bisa juga akun-akun kecil yang giat berkomentar, memuji, berdebat, nyinyir, dsb untuk membuat arus opini yang banyak dukungan.

Lebih luas lagi, mereka juga bisa menjadi endorser dari sebuah kemungkaran. Agar penyimpangan seksual, zina, judi, dan kemaksiatan lain bisa diterima masyarakat bahkan dilegalkan oleh pemerintah.

Dalam Al-Qur’an. Allah punya sebutan untuk promotor kejahilan. Diistilahkan sebagai “mustakbirun” (orang yang menyombongkan diri). Sebelum ada media sosial, mereka adalah pemuka-pemuka kaum berpengaruh yang menyombongkan diri di atas bumi, yang mengajak orang-orang untuk mengingkari ajaran para nabi. Setelah ada media sosial, kata mustakbirun mendapat bentuk modernnya pada buzzer-buzzer kemungkaran. Sedangkan mereka yang terpengaruh dan terbawa arus opini keburukan disebut “mustadh’afun” (orang yang lemah).

Dulu, Fir’aun langsung yang menjadi influencer kesyirikan. “Maka Fir’aun dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh mereka adalah kaum yang fasik.” (QS. az-Zukhruf:54)

Kini, penguasa tak perlu mengotori tangannya untuk menghasut rakyat menyetujui kemungkaran yang akan ia jalankan atau legalkan dengan kuasanya. Ia cukup mencitrakan diri seolah humanis dengan aktivitas sebagaimana manusia umumnya. Akun media sosialnya diisi hal-hal yang positif saja. Sedangkan aktivitas menghasut, berdebat, bahkan membully orang yang tidak sejalan dikerjakan oleh pasukan “buzzer” yang dibina oleh penguasa. Dengan cara itu, banyak yang terpengaruh oleh arus besar dukungan atau penolakan. Mereka yang tak mau berpikir lebih dalam, rawan membebek pada seruan jahat.

Kini mustakbirun tak hanya monopoli pembesar Quraisy yang menyebar berita hoax pada rakyatnya dengan mengatakan Muhammad saw gila. Bukan hanya disematkan pada Fir’aun, atau pemuka kaum ‘Ad, Tsamud, Madyan, yang mengajak kaumnya menolak untuk bertauhid kepada Allah swt. Bukan hanya istilah untuk mereka yang karena memiliki pengaruh serta anak dan harta yang banyak sehingga merasa tak akan diazab oleh Allah swt, seperti pada Qur’an surat Saba’ ayat 34-35.

Konten kreator dan selebriti media sosial, meski mereka hanya rakyat biasa, sudah bisa menjadi mustakbirun. Dengan cara membuat artikel yang menyesatkan umat. Membuat video yang menghina agama. Membuat meme keren yang mempromosikan kemaksiatan. Berdebat, membully, menyanjung serta aktivitas lain yang akan di-like oleh followernya sehingga memperkuat kemungkaran.

Dan kita pengguna media sosial, jangan sampai berada di posisi mustadh’afun yang terpengaruh buzzer jahat itu. Kuncinya adalah selami kebanaran dengan nurani yang bersih. Jangan menilai kebenaran dari berisik/tidaknya dukungan pada sebuah opini. Mintalah pandangan pada orang-orang bijak yang sholeh. Dan satukan gerak bersama umat Islam yang sungguh-sungguh memperjuangkan agamanya.

Yang menarik adalah, Allah swt menyajikan transkrip dialog obrolan para mustakbirun dan mustadh’afun pada hari kiamat dalam Al-Qur’an. Perhatikan jeritan para pembebek (orang-orang yang lemah dalam memegang al-haq) menagih perlindungan pada para influencer yang dulu dunia bersikap sombong.

“Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?”

Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: “Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-(Nya).” (QS Ghafir: 47-48)

“Dan orang-orang kafir berkata: “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya.” Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebahagian dari mereka menghadap kan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman.”

Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah: “Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa.”

Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “(Tidak) sebenarnya tipu daya(mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya.” Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS Saba: 31-33)