RSS

Monthly Archives: April 2021

Ciri Hidup Yang Efektif

اَللَّهُمَّ إنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal yang diterima.” (HR Ibnu Majah, Ahmad)

Seorang muslim sadar orientasi hidupnya adalah akhirat. Sementara itu ia hanya dibekali waktu yang sedikit untuk memupuk amal sholeh sebanyak-banyaknya.

Andai rerata hidup manusia 63 tahun, berapakah waktu efektifnya untuk beramal sholeh? Usia itu belum dikurangi waktu tidur dan aktivitas duniawi. Atau kalau mau dihitung dari waktu sholat wajibnya yang lima kali dalam sehari, hanya terkumpul 1 jam 15 menit sehari (kalau rerata sekali sholat beserta dzikir adalah 15 menit). Lalu bagaimana bila waktu beribadah itu dikurangi oleh perbuatan-perbuatan maksiat yang sadar tak sadar kita lakukan?

Karena itu penting agar hidup yang kita jalani ini efektif dalam kebaikan. Rasulullah saw memberi contoh. Dalam sebuah doa, ia saw meminta kehidupan yang efektif.

Ilmu Yang Bermanfaat/Pengetahuan Yang Aplikatif

Volume otak yang terpakai memang jauh lebih kecil dari kapasitasnya. Tapi ini bukan tentang otak kita yang mampu menyimpan banyak ilmu, tetapi tentang efektifitas waktu mempelajari sebuah ilmu.

Saat akses internet ada dalam genggaman, dan berbagai ilmu tersingkap melalui mesin pencari, tetap saja butuh waktu untuk mempelajari sebuah ilmu. Lalu bila waktu yang terpakai habis untuk mempelajari ilmu yang menjerumuskan pada kesyirikan, misalnya mempelajari ilmu ramalan bintang, shio, dll, betapa tidak efektifnya hidup kita.

Efektifitas hidup ada pada penguasaan pengetahuan yang applicable dalam hidup. Seorang anak mengoleksi berpuluh-puluh komik, seberapa banyak manfaat yang ia peroleh? Kalau sekedar memperoleh pesan cerita, ia bisa mendalami sejarah perjuangan para sahabat Rasulullah yang harum yang begitu tebal dengan pesan kehidupan.

Seorang satpam mempelajari bahasa pemrograman karena hobi. Ia mengoleksi buku-buku pemrograman komputer. Kalau dari ilmu itu ia bisa menambah pemasukan karena pekerjaan samping sebagai programmer, tentu bermanfaat sekali ilmunya. Tetapi kalau sekedar hobi dan tak ada input yang didapat, sayang sekali waktunya.

Seseorang penikmat sepakbola gemar membaca analisa sebuah pertandingan, mengamati perkembangan seorang pemain dan klub, mengikuti bursa transfer, tetapi pada akhirnya apa yang ia baca tak banyak manfaat dalam hidupnya. Hanya sekedar hobi. Tentu sayang sekali waktu yang habis mendalami dunia sepakbola.

Inilah yang diminta Rasulullah saw, agar tidak sibuk dalam menggali pengetahuan yang tidak ada manfaat apa-apa dalam hidup. Hanya sekedar menghadirkan keasyikan duniawi. Ia saw juga berdoa:

“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak pernah kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.”(HR Muslim)

Rezeki/Capaian Yang Baik

Apa yang diperoleh dari harta korupsi adalah rezeki seorang koruptor. Tetapi baikkah rezeki itu? Tentu kita sepakat, itu bukan rezeki yang baik. Rasulullah memohon agar hidupnya efektif melalui rezeki yang baik.

Harta koruptor berpotensi menyeretnya ke pengadilan suatu saat. Jabatan yang diraih dari menjilat atasan dan menyikut teman sejawat hanya menambah musuh dan pembenci. Itulah rezeki yang buruk.

Rezeki yang baik ditandai dari cara memperoleh dan pemanfaatannya yang juga baik. Rezeki yang diperoleh secara halal, tetapi dimanfaatkan untuk jalan maksiat, tetap saja membuat masalah di akhirat kelak.

Amalan Yang Diterima Oleh Allah swt/Aktivitas Yang Efektif

Dan poin terakhir yang diminta oleh Rasulullah untuk mendapatkan hidup yang efektif adalah amal yang diterima oleh Allah swt.

Dalam sehari, hanya sedikit waktu yang kita alokasikan untuk ibadah mahdhoh. Aktivitas lain seperti bekerja, tidur, makan, dll bisa bernilai ibadah kalau kita niatkan untuk ibadah. Jangan biarkan aktivitas-aktivitas mubah itu sia-sia tanpa diniati untuk ibadah kepada Allah swt.

Dan upayakan sebisa mungkin agar amal sholeh yang kita lakukan berkualitas agar diterima oleh Allah swt. Rasulullah saw pernah mewanti-wanti umatnya,

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thabrani)

Begitu juga banyak yang tidak mendapatkan apa-apa dari sholatnya kecuali letih. Ini karena ia mengabaikan ikhlas dan kekhusyukan dalam sholat. Sayang sekali, amalnya tidak efektif untuk menjaganya di akhirat.

 

Empat Ukuran Standard Hidup Layak Menurut Hadits

Bila Anda coba menanyakan apa ukuran kebahagiaan atau kesuksesan kepada 100 orang, mungkin Anda akan mendapatkan 100 jawaban yang berbeda. Karena memang tiap orang punya perbedaan yang unik dalam menilai standard kelayakan hidup. Tergantung seleranya.

Tetapi sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (dishahihkan oleh Al-Arna’uth) mengarahkan umat muslim pada empat faktor terwujudnya kebahagiaan. Hadits itu berbunyi:

أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ : الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ وَالْجَارُ الصَّالِحُ وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيء

“Empat faktor kebahagiaan; Wanita (isteri) shalihah, rumah yang lapang, tetangga yang shaleh dan kendaraan yang nyaman.”

1. Wanita Sholihah

Tentu vise versa bagi wanita, memiliki suami yang sholih adalah sebuah kebahagiaan.

Banyak pernikahan yang dibangun atas dasar cinta, dan pelakunya menyangka ia akan bahagia. Sayangnya, kebanyakan rasa cinta tak bertahan lama. Setelah berkeluarga, derasnya problematika bisa mengikis rasa cinta itu. Waktu pun bisa menimbulkan rasa bosan. Tanpa akhlak dan keimanan, pernikahan seperti ini rawan goyah. Tetapi bila kedua belah pihak memiliki akhlak yang mulia, maka masalah internal bisa diselesaikan dengan baik, godaan di luar bisa ditepis, dan karena rahmat-Nya Allah Ar-Rahiim akan memelihara cinta di sanubari dua insan.

Rasa cinta tidak bisa diandalkan untuk survive bertahun-tahun dalam hidup rumah tangga. Tapi kesholehan dan ketaqwaan yang bisa menjadi andalan.

Selain itu, hadits ini juga menyangkal jargon “I’m single and very happy.” Karena naluri manusia tidak bisa diingkari, bahwa manusia butuh pendamping.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. 30:21)

Baca juga: Alternatif Ibadah Saat Haid/Menstruasi

2. Rumah yang Lapang

Rumah adalah markas setiap individu. Manusia bisa berlanglang buana mencari nafkah, tetapi pada akhirnya ia akan kembali pada sebuah bidang bangunan tempat privasinya terjaga.

Di perkotaan, harga tanah yang semakin mahal membuat orang memilih untuk mencari rumah yang minimalis. Namun andai mampu membeli, tentu rumah yang lapang yang dicari orang. Karena dengan lapangnya rumah, semakin memberi kenyamanan dan keleluasaan untuk beraktivitas pribadi.

Pada akhirnya Anda pun harus menyertakan hati yang lapang dalam menikmati rumah sebesar apa pun adanya. Rumah yang besar yang ditempati hati yang sempit, tak akan terasa lapang. Tetapi rumah yang sempit yang ditempati hati yang bersyuku, akan terasa lapang. Apalagi rumah yang lapang dan ditempati oleh hati yang bersyukur.

Baca juga: Mengenal Jenis Kredit Kepemilikan Rumah

3. Tetangga yang Sholeh

Manusia butuh bersosialisasi. Kebutuhannya akan terpenuhi manakala bisa berinteraksi pada komunitas yang baik. Lingkungan yang diisi oleh warga yang baik-baik dan ramah tentu menjadi idaman tiap orang. Punya tetangga yang terbuka, mudah bergaul, enak diajak ngobrol, tak segan membantu, akan membuat hidup menjadi tenteram.

Sebaliknya, memiliki tetangga yang suka komplen urusan yang remeh, akan membuat hati kesal. Atau tetangga yang senang bersaing dalam mengoleksi barang-barang, akan menjebak kita dalam gaya hidup yang boros.

Baca juga: Dua Aktivitas Berkah Di Ruang Tamu: Silaturahim dan Memuliakan Tamu

4. Kendaraan yang Nyaman

Di kota besar memang sedang digalakkan untuk memanfaatkan kendaraan umum. Tetapi masih banyak yang menolak karena naik kendaraan umum itu tidak nyaman. Kenyataannya memang menggunakan kendaraan pribadi lebih nyaman daripada naik kendaraan umum. Bukan sekedar desak-desakannya, tetapi dengan kendaraan umum kita bebas memilih jalur kemanapun yang kita mau. Dengan kendaraan akan lebih mobile dan dinamis. Kendaraan pribadi akan terasa sekali manfaatnya saat rekreasi. Menentukan destinasi wisata tidak akan terkendala oleh jalur angkutan umum.