RSS

Monthly Archives: December 2022

Pelajaran dari Tenda Sakinah

 

Kabar adanya “Tenda Sakinah” di Cianjur membuat heboh jagad dunia maya. Katanya itu adalah tempat khusus bagi pasutri di pengungsian yang ingin memenuhi kebutuhan biologis.

“Lagi dapet bencana kok kepikiran hal begituan ya?” tanya warganet. Ada juga yang bertanya, “tendanya kedap suara apa enggak?”

Rupanya kabar itu cuma wacana guyonan. Foto yang beredar di internet pun sebenarnya adalah posko dapur umum. “Memang ada juga yang usul ketika saya keliling ke posko-posko. Tapi usulan itu juga hanya sebatas candaan pada pengungsi. Sampai saat ini di Cianjur tidak ada tenda asmara, tenda sakinah, atau tenda lainnya yang sejenis,” ungkap Bupati Cianjur, Herman Suherman, dimuat oleh detikcom.

Tapi menarik juga penamaan “Tenda Sakinah” untuk keperluan biologis. Apakah penamaan itu tepat?

Kata “sakinah” yang dihubungkan dengan pernikah kita temui dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21. Itu adalah ayat yang populer dan tercetak dalam undangan-undangan pernikahan. Bersama kata sakinah, juga Allah sebut “mawaddah” dan “rohmah”.

Dari berbagai sumber, saya temukan arti sakinah adalah ketenangan, tenteram, damai, dan yang semakna. Sementara mawaddah adalah cinta yang membara atau menggebu pada pasangan, yang terikat dengan fisik atau materi. Sementara rahmah bermakna kasih sayang.

Sejujurnya kalau pun tenda itu benar-benar ada, dari penamaan mungkin lebih tepat bila disebut “Tenda Mawaddah”. Karena dalam naungan kemah itulah hasrat menggebu tersalurkan. Maaf kalau kurang sopan, orang kita memberi istilah “bercinta”, dan orang bule menyebutnya “making love”.

Memang ada hubungannya antara mawaddah dan sakinah, makanya Allah rangkai dalam satu ayat. Bila naluri itu terpuaskan, maka rasa tenang akan datang. Namun bila ada ketidakpuasan, berisiko gelisahnya hati dan kasih sayang (rahmah) terancam gagal terwujud.

Namun tuntutan adanya “Tenda Sakinah”, saya rasa bukan sekedar untuk memenuhi hasrat manusiawi. Semua tenda pengungsi harus sakinah, artinya layak ditempati dan memberi rasa aman sekalipun tidak dijadikan tempat untuk aktifitas yang dimaksud pembuat candaan.

Ada cerita tentang seorang istri yang sedang mengalami prahara dalam rumah tangganya. Kepada konsultan pernikahan ia bertanya apakah salah bila berinisiatif untuk mengajak suaminya berhubungan badan untuk meredakan ketegangan di antara mereka?

Konsultan itu mendukung. Karena aktifitas itu sendiri dinamakan “bercinta” atau “making love” (membuat cinta) oleh orang-orang. Mudah-mudahan perasaan yang dulu ada ketika menjalin pernikahan bisa lebih dikuatkan dan menjadi pereda konflik akibat kegiatan yang diinisiatifkan tersebut.

Mawaddah bisa mendatangkan sakinah, bila cinta itu terawat dengan baik dan bila ada kepuasan di antara kedua pasangan. Namun cinta juga punya rasa bosan. Hanya saja, bila masih ada kasih sayang (rahmah), maka sakinah itu tetap bisa dipertahankan.

Pasangan kakek-nenek yang sudah sangat jarang melakukan aktifitas yang sering dilakukan penganten baru, tetap bisa bersakinah ria karena di antara mereka telah terbentuk rahmah akibat kebersamaan yang panjang bertahun-tahun. Mungkin susah untuk mempertahankan mawaddah yang artinya cinta karena ketertarikan fisik, ketika keriput menjalar ke seluruh permukaan tubuh, atau bentuk badan semakin tambun. Namun kasih sayanglah yang melekatkan mereka berdua.

Belajar dari wacana “Tenda Sakinah” tadi, buat kita yang tak harus tinggal di pengungsian, mari muhasabah sejauh mana sakinah mawaddah wa rahmah dalam rumah tangga terbentuk. Jangan menunggu butuh adanya tenda sakinah untuk membangun cinta bersama pasangan. Ingat, nikmat Allah akan terasa berharga ketika ia hilang. Mumpung masih ada kesempatan dan kemampuan, binalah segala aktifitas yang memupuk samara.