RSS

Ada Surga atau Neraka di Tengah Keluarga

08 Jan

Masa libur telah tiba. Inilah saatnya menghangatkan hubungan antar anggota keluarga. Ada waktu untuk berlibur memanfaatkan lengkapnya orang rumah. Apalagi bila ada anak yang kembali dari pesantren.

Namun momen berhimpunnya anggota keluarga ini mengingatkan pada nasehat yang ada pada Al-Qur’an. Di tengah kehangatan dan cengkrama bersama orang-orang rumah, ada cermin keadaan di akhirat kelak apakah berada berada di neraka atau surga.

Bergembira di tengah anak dan istri adalah hal yang lumrah bagi kepala keluarga. Namun rasa gembira itu yang Allah pilih sebagai diksi untuk alasan seseorang tercebur ke dalam neraka.

اِنَّهٗ كَانَ فِيْٓ اَهْلِهٖ مَسْرُوْرًاۗ

Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di tengah keluarganya. (QS Al-Insyiqaq: 13)

Para ulama kemudian menerangkan bahwa bentuk kegembiraan itu adalah senang-senang yang mengikuti hawa nafsu sehingga lalai kepada Allah swt dan berbuat maksiat.

“Sesungguhnya dia mengira bahwa dia tidak akan kembali (kepada Tuhannya). Tidak demikian. Sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya.” Begitu firman Allah swt dalam ayat berikutnya, yaitu ayat 14-15.

Ketika pergi liburan bersama keluarga, salat terlupakan. Sang ayah/bapak boro-boro mengingatkan anak istrinya untuk tetap menjaga ibadah yang utama tersebut, malah ia juga menyepelekan hak Allah. Ada yang begitu?

Di tempat wisata, ibu atau anak perempuan tak acuh auratnya terbuka dan terlihat orang banyak, dan tak ada teguran dari kepala keluarga. Ada yang begitu?

Di tengah perbincangan penuh canda tawa terselip ghibah, dusta, dan olok-olok yang tak pantas. Ada yang begitu?

Memang Islam mentolerir masa-masa santai di tengah keluarga saat seseorang tak bisa setaat ketika ia di tengah kumpulan orang-orang saleh.

Hanzholah r.a. mengaku menjadi munafik di hadapan Abu Bakar r.a., karena merasa ada perbedaan kekhusyukan antara di tengah Rasulullah & para sahabat dibandingkan bila sedang bersama keluarga. Ketika mereka berdua mengadukan perasaan itu kepada Rasulullah saw., baginda memaklumi hal tersebut seraya memberi jawaban padat: “Ada masa-masanya”. “Sa’atan wa sa’atan.”

Maka kita bisa simpulkan bahwa relaksasi yang diizinkan agama ketika berada di tengah keluarga adalah ketika tidak sampai melanggar syariat Allah SWT. Toh Rasulullah juga sering bercanda dan bermesraan dengan istri-istrinya. Tapi Rasulullah saw tentu saja bukan orang yang tak segan bermaksiat. Justru ia adalah orang yang paling bertaqwa.

Ketaqwaan yang terjaga meski di tengah keluarga tercinta, adalah profil penghuni surga yang Allah singgung dalam QS Ath-Thur 26.

“Mereka berkata, “Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami, adalah orang yang takut (ditimpa azab Allah).”

Ketaqwaan itu tercermin dalam perasaan tidak aman, takut atas adzab Allah swt. Maka dengan sikap itu seorang kepala keluarga bisa membimbing istri dan anak-anaknya untuk menjauh dari neraka, mengamalkan perintah Allah swt dalam QS At-Tahrim ayat 6.

Keluarga itu pun menjaga salatnya meski dalam perjalanan wisata, menjaga auratnya di tengah khalayak, menjaga perbincangan dari yang diharamkan, menjaga akhlak ketika berurusan dengan orang lain.

Itulah profil keluarga kanan, maksudnya yang menerima kitab catatan amal dari sebelah kanan di akhirat nanti, yang akan Allah pertemukan kembali dalam keadaan bahagia dan telah merasa aman dari adzab Allah swt.

“Adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya, dia akan dihisab dengan pemeriksaan yang mudah. dan dia akan kembali kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.” (QS Al Insyiqaaq: 7-9)

“Allah menganugerahkan karunia kepada kami dan menjaga kami dari azab neraka.” (QS Ath-Thur: 27)

 

Tags: , , , , ,

Komentar dooong...!!!