Sebuah ilustrasi. Spongebob sedih cukup dalam ketika ia gagal mendapat predikat employee of the month di restoran Krusty Krab tempatnya bekerja. Padahal ia sedang membutuhkan biaya untuk beberapa kebutuhan yang ia harap bisa didapat melalui penghargaan itu.
Ia sudah berdoa siang malam dalam sujud panjangnya tiap sholat maupun waktu-waktu mustajab lain. Tapi tak disangka, harapannya tak terkabul kali ini. “Apakah Tuhan mengacuhkan aku?” tanyanya dalam hati.
Ya, ia mulai menggugat Tuhan. Mengapa tak dikabulkan bisik penuh harapnya itu. Dan apa yang salah? “Oke, oke, aku pasti punya dosa. Tapi apa telah tertutup bagiku untuk memanjatkan doa?” Spongebob bingung, sedih, dan kecewa.
Ketika pulang kerja, di parkiran ia menghidupkan motor transparannya pemberian paman Mermaid Man. Sembari menanti mesin panas, Spongebob berdoa untuk keselamatan seperti yang biasa ia lakukan bila hendak bepergian. Dan seketika hatinya terenyuh.
Ia mendadak sadar bahwa setiap hari Allah mengabulkan doanya. Buktinya, ia selalu selamat pergi dan pulang dari kerja. Bahkan ketika harus lembur sampai dini hari, ia tetap pulang dengan selamat meski melewati jalan yang rawan begal.
Spongebob jadi sadar, bahwa pengabulan Allah terhadap doanya lebih banyak daripada yang (ia sangka) tertolak. Ia pun merenung, bahwa doa yang rutin diucapkan agar mendapat keluarga yang samara dengan anak-anak yang menjadi qurrota a’yun sebenarnya telah terwujud. Doa untuk mendapat kesehatan juga sering terkabul meski ada kalanya sakit ringan melanda. Juga doa mendapat kelapangan rezeki karena nyatanya ia sedang dalam kecukupan.
Ia juga tiap hari berdoa memohon ampun kepada Allah, memohon ditunjukkan jalan yang lurus. Dan sampai kini ia istiqomah dengan Islam sebagai minhajul hayah.
Spongebob menyusuri jalan pulang dengan hati yang masih sedih tapi dikuat-kuatkan. Teringat ia akan surat An-Najm ayat 24. “Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicita-citakannya?” Konteks ayat itu sebenarnya menyangkal prasangka orang musyrik bahwa mereka akan mendapat syafaat dari sembahan selain Allah swt. Tetapi redaksi ayat tersebut secara harfiah juga sekaligus membantah bahwa manusia pasti akan selalu mendapat yang ia inginkan. Belum tentu.
Spongebob mengangguk perlahan. Ia tersadar, bahwa doa hanyalah sebuah proposal kepada Tuhan. Namun bukanlah komando layaknya atasan kepada bawahan.
Masalahnya, manusia (eh.. Spongebob mah spons ya…?) si pembuat proposal itu pengetahuannya terbatas, tak mengetahui yang ghaib, serta berlumur nafsu sehingga apa yang diajukannya itu belum tentu yang terbaik bila menyangkut urusan dunia. Allah yang lebih tahu yang terbaik untuknya.
Bukan doa tak terjawab. Tapi angan-angan yang tak terwujud.
Spongebob teringat cerita bagaimana Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Zakaria a.s. mengarungi hari bertahun-tahun bersama doa mendapat keturunan. Dan Allah tahu saat yang tepat untuk mengabulkan doa itu. Sehingga Ismail a.s., Ishaq a.s., dan Yahya a.s. adalah sosok luar biasa yang hadir di bumi berdasar skenario Allah swt.
Allah telah mempersilakan hamba-Nya berdoa. Namun “falyastijibuu lii”, “penuhi perintah-Ku” kata Allah dalam QS Al-Baqarah:186, termasuk perintah berbaiksangka dan ridho atas ketetapan Allah. “Wal yu’minuu bii”, dan berimanlah dengan sifat Allah yang Maha Pemurah, Maha Penyayang, Maha Pemberi, Ia tak kan menzholimi hamba-Nya.
Berdoalah, haturkan permohonan. Bila sudah, Allah bebas untuk memodifikasi skenario yang kita inginkan. Konten doa urusan Allah, sedang urusan kita untuk ridho pada apa yang akan terjadi.
Spongebob mengangguk. Sampai di rumah, hatinya agak lapang. Sedihnya berkurang.
Tapi setengah jam lagi bakal kepikiran lagi dan bakal sedih lagi. Yhaa…