
Kemarin umat muslim bangga dengan Jackie Ying, muslimah Singapura yang menemukan rapid test cepat Covid-19. Sama bangganya kepada Khoirul Anwar yang punya andil dalam penemuan teknologi 4G, serta BJ Habibie dan sederet nama lain yang punya kontribusi kepada dunia dalam bidang ilmu pengetahuan.
Saya pun begitu. Tapi maaf, saya sedikit terusik dengan teori Ad-Dukhan yang beredar di tengah sebagian muslim yang rajin ikut pengajian. Yang katanya sebuah peristiwa di mana bumi terselimuti asap tebal yang membuat teknologi lumpuh.
Ya saya tahu, ad-dukhan itu dari hadits Rasulullah saw. Tapi dari mana kesimpulan bahwa teknologi jadi tak berguna karena peristiwa tersebut?
Saya terlibat perdebatan beberapa tahun lalu dengan dua orang teman yang begitu meyakini akan kemusnahan teknologi karena asap pekat jelang kiamat. Saya korek dari mana asal pendapat itu. Rupanya dari kajian-kajian akhir jaman. Alasannya, dalam hadits disebutkan tentang perang besar jelang kiamat yang menggunakan pedang, tombak, bahkan kuda. Berangkat dari hadits tersebut, diyakini kelak kemajuan dunia persenjataan akan lenyap lalu peradaban kembali seperti abad-abad pertengahan. Nah, momentum lenyapnya segala kecanggihan itu disebabkan adanya peristiwa ad-dukhan. Namun sampai kini saya belum menemukan literatur yang menjelaskan hal tersebut.
Teori itu lah yang kini beredar dan diyakini sebagian umat muslim. Dibumbui juga dengan hadits huru-hara di tengah bulan Ramadhan disertai suara keras. Setiap tahun hadits ini menyebar, menimbulkan suasana dramatis. (Hadits tersebut palsu. Lihat: http://kumpulanartikelsyariah.blogspot.com/2014/02/hadits-huru-hara-di-bulan-ramadhan.html )
Melalui tulisan ini saya ingin menyerukan kepada umat muslim, bahwa ada PR yang besar yang diemban oleh kita. Yaitu menjadi sokoguru dunia. Ustadziyatul ‘alam. Salah satu tugasnya adalah menyemarakkan dunia dengan penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi penduduk bumi. Dan hal itu dicapai dengan penguasaan teknologi.
Lantas sayang sekali bila fokus kita malah dialihkan kepada penantian peristiwa ad-dukhan, kemusnahan teknologi, dan segala huru-haranya.
Kapan Terjadi Ad-Dukhan?
Peristiwa kabut asap ini sendiri sebagian ulama mengatakan sudah terjadi di jaman Rasulullah hidup, ketika kaum Quraisy mengalami kelaparan ekstrim atas doa nabi Muhammad saw. Sehingga tercipta fatamorgana di langit berupa asap. Sila disimak tafsir surat Ad Dukhan. Meski, sebagian ulama mengatakan ayat 10-11 itu akan terwujud menjelang kiamat.
Dan telah berlalu juga berbagai peristiwa yang mirip Ad-Dukhan. Seperti meletusnya Gunung Krakatau pada 1883 yang melontarkan abu dan asap dalam jumlah besar membuat matahari bagai terbenam dan langit merah.
Atau erupsi Gunung Tambora pada 1815 yang disebut letusan gunung berapi terbesar pada 1.500 tahun terakhir. Menyebabkan “tahun tanpa musim panas” karena debu dan sulfur dioksida akibat erupsi menghalangi sinar Matahari.
Atau kebakaran hutan hampir setiap tahun di Sumatera dan Kalimantan. Peristiwa semacam ini dan banyak lagi kalau mau dicocokkan sebagai ad-dukhan rasanya cocok saja karena nyata adanya asap yang besar menutupi bumi.
Namun para penggemar kajian akhir jaman memilih skenario lain: akan adanya meteor yang jatuh, membuat rotasi bumi melambat, mengakibatkan asap menyebar ke seluruh penjuru dunia, lalu teknologi lumpuh. Akhirnya rudal tak berlaku, diganti pedang dan tombak.
Hadits Ramalan Sarat Kiasan
Kesimpulan “teknologi akan lenyap” timbul dari cara membaca hadits ramalan dengan tekstual. Menurut pengampu kajian akhir zaman, pedang, tombak, dan sebagainya tersurat dalam sabda Rasulullah. Misalnya, dajjal akan dibunuh nabi Isa a.s. dengan tombak.
Tak hanya itu, yang tertera dalam hadits arbain tentang budak melahirkan tuannya pun ada yang mengartikan bahwa perbudakan akan kembali muncul menjelang kiamat.
Saya bukan ahli hadits sehingga tak bisa menilai derajat dari riwayat-riwayat tersebut. Namun yang perlu diperhatikan, bukankah sabda-sabda Rasulullah tentang kejadian yang akan datang itu sarat dengan kiasan?
Misalnya, hadits periodeisasi umat Islam. Disebutkan ada periode mulkan ‘adhon yang artinya kepemimpinan raja yang menggigit. Ini jelas adalah kiasan. Dan telah diterangkan oleh para ulama masa kini, bahwa periode ini telah kita lewati di mana cirinya adalah khilafah yang menganut sistem kerajaan sebelum Turki Utsmani runtuh, di mana sekarang adalah masanya mulkan jabbariyan.
Perhatikan juga ketika Rasulullah saw berkata kepada istri-istrinya tentang siapa yang paling pertama menyusul Nabi saw. ke alam barzakh. Ketika itu sabdanya, “yang paling panjang tangannya.” Sontak para istri nabi pun saling mengukur lengan mereka, yang kemudian diketahui bahwa Saudah lah yang paling panjang tangannya. Tapi yang terjadi? Zainab binti Jahzy r.ha. yang pertama wafat setelah Nabi. Hingga tersibaklah hakikat “yang paling panjang tangannya” adalah kiasan yang bermakna yang paling banyak sedekah.
Nah, dari dua contoh di atas, jelas sekali bahwa hadits tentang yang terjadi di masa datang itu Rasulullah sabdakan kadang dalam berbentuk kiasan. Sehingga, apa yang disebut pedang, tombak, dll andai benda-benda tersebut benar-benar disebutkan dalam hadits shohih tentang akhir jaman, tak menutup kemungkinan itu adalah perumpamaan. Juga budak yang melahirkan tuannya, banyak ulama menjelaskan maksudnya adalah kedurhakaan anak kepada orang tua begitu besar.
Maka teori lumpuhnya teknologi dan kehidupan kembali ke abad pertengahan itu jangan dulu ditelan bulat-bulat.
Jangan Putus Asa Lalu Menanti Imam Mahdi
Setuju, bahwa umat Islam kini seperti dalam sabda Rasulullah: bagai hidangan yang siap disantap oleh musuh-musuhnya. Bagai buih di lautan. Dikarenakan mengidap penyakit wahn, cinta dunia dan takut mati. Umat muslim terpuruk. Berkali-kali gagal ketika hendak bangkit. Terbentur oleh bengisnya mulkan jabbariyan.
Sayangnya ada segelintir yang lelah dengan proyek kebangkitan Islam dan lebih menunggu Imam Mahdi datang dan menerangi dunia dengan keadilan. Sehingga tanda-tanda kiamat seperti ad-dukhan ini begitu dinanti.
Padahal umat Islam ditugaskan berbuat. Bukan berhasil. Dengarkan sabda Rasulullah:
“Sekiranya hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di tangan salah seorang di antara kalian ada bibit kurma maka apabila dia mampu menanamnya sebelum terjadinya kiamat maka hendaklah dia menanamnya.” (HR Bukhari & Ahmad)
Maka, berbuatlah. Terangi dunia dengan penemuan yang bermanfaat buat manusia. Tak perlu menunggu ad-dukhan. Oke, andai benar ad-dukhan itu melenyapkan teknologi, tapi kembali ke hadits di atas bahwa kita diperintahkan untuk berbuat meski tahu besok kiamat. Maka teknologi yang dikuasai umat Islam tak kan dihitung sia-sia andai kabut asap membuat satelit lumpuh, internet tak bisa diakses, hingga akhirnya pandai besi kembali banjir pesanan.
Kita diperintahkan untuk mempersiapkan hari kiamat, alih-alih sibuk berspekulasi mengutak-atik skenario dengan hadits-hadits akhir jaman.
Untuk pertanyaan, “apa yang kau siapkan untuk hari kiamat?”, selain amal sholeh individu, jawaban “penguasaan teknologi untuk kebaikan umat manusia” juga harus diupayakan.