RSS

Tag Archives: islam

Transportasi Publik, Ayat Allah yang Acap Diabaikan

Bagaimana harusnya manusia menyikapi tanda kekuasaan Allah? Tulisan ini saya harap mendapat tempat untuk jadi perhatian aktifis Islam yang jadi pejabat publik atau yang hendak mencalonkan.

*****

Yang cukup intens berinteraksi dengan Qur’an tentu sudah akrab dengan kalimat seperti: “… Di dalamnya terdapat tanda-tanda kebesaran Allah…”. Kalimat itu biasanya disandingkan dengan fenomena pergantian malam dan siang, ditundukannya laut bahkan seisi bumi, tanah yang subur setelah tandus, dll.

Tertera juga dalam surat Yasin dari ayat 33-44, ada tentang bumi yang dihidupkan, tumbuhan yang menghasilkan manfaat, malam, siang, matahari, bulan.

Yang menarik adalah kapal laut yang Allah singgung sebagai bukti kebesaranNya (ayat 41). Serta, “wa kholaqna lahum min mitslihi ma yarkabun”. “Dan Kami ciptakan (juga) untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang mereka kendarai.” (Ayat 42)

Ya, kapal laut memang mengagumkan. Dengan ukuran yang besar tapi tidak tenggelam di atas air.

Tapi yang harus turut menjadi perhatian adalah bahwa Allah ciptakan juga yang semisal dengan itu sebagai tanda kebesaran-Nya. Berupa apa? Sampan? Getek? Speedboat? Kapal selam?

Beberapa tahun lalu saya membaca sebuah tulisan yang mengungkapkan bahwa yang serupa itu adalah kereta api. Kenapa? Karena kapal laut dan kereta sama-sama memenuhi frasa “hamalna dzurriyatahum” (kami angkut keturunan mereka) dalam ayat 41 tadi, menyiratkan angkutan yang memuat manusia secara massif.

Maka, yang menjadi tanda kebesaran Allah adalah transportasi massal atau transportasi publik. Selain kereta bisa juga bis, pesawat terbang, bahkan sebuah sistem yang terintegrasi.

Tentu kata “kholaqna” atau Kami ciptakan di sini bermakna Allah mengilhamkan manusia untuk membuat yang seperti itu.

Lalu bila transportasi publik adalah ayat Allah buat manusia, lantas bagaimana memperlakukannya?

Inspirasi untuk menciptakan sistem dan angkutan umum itu adalah nikmat yang besar dari Allah. Makhluk lain mana kepikiran kan? Paling banter jin yang menyerupai Nyi Roro Kidul yang bikin kereta kencana beberapa kali terlihat di laut lepas. Ya, ngapain coba? Mereka terbang aja bisa.

Para pakar sudah mewanti-wanti, penambahan jalan tidak efektif mengurangi kemacetan. Mengambil sampel tol Desari yang baru dibuka, saya rasakan jalan Moh Kahfi 1 di sekitar Brigif memang agak lancar, tapi jl TB Simatupang bertambah macet, bahkan exit tol Desari sendiri macet panjang.

Artinya penambahan jalan kadang hanya memindahkan kemacetan, tak memecahkan masalah. Maka pembenahan transportasi publik dan sistem yang terpadulah solusinya.

Sehingga apa yang dibuat oleh Anies Baswedan dengan Jak Lingkonya adalah nikmat Allah buat manusia agar disyukuri. Angkot tidak lagi ngetem dan mobilitas masyarakat bisa lebih murah. Andai sistem seperti ini bisa diperluas bahkan diterapkan ke seluruh Indonesia. Saya rela subsidi BBM dicabut asal untuk menciptakan hal serupa dan yang lebih baik lagi.

KRL, MRT, LRT adalah kasih sayang Allah buat makhluk-Nya. Di sisi lain, kemacetan adalah ujian yang diperbuat oleh ulah manusia sendiri. Afala ta’qilun? Kalau anak Adam mau mengoptimalkan akal dan mengalahkan egonya, tentu mereka tak kesusahan sendiri.

Jangan mentang-mentang bisa dikenai pajak, lantas kendaraan listrik diberi subsidi daripada membangun sistem angkutan masal yang layak dan nyaman. Padahal penambahan kendaraan pribadi bisa memperparah kemacetan.

Maka umat Islam harus memikirkan hal ini juga dalam rangka menghadirkan kebesaran Allah SWT. Terutama para pejabat publik dari aktifis Islam yang punya kewenangan.

Lihatlah di ayat 44 Allah menyebut kata “rahmat” untuk angkutan yang mampu menampung anak keturunan manusia dengan skala besar. Sehingga untuk menyebarkan rahmat Allah-lah, aktifis Islam yang terjun ke dunia politik harus memperjuangkan hal ini.

Allahua’lam bish-showab.

 

Tags: , , , ,

Ada Surga atau Neraka di Tengah Keluarga

Masa libur telah tiba. Inilah saatnya menghangatkan hubungan antar anggota keluarga. Ada waktu untuk berlibur memanfaatkan lengkapnya orang rumah. Apalagi bila ada anak yang kembali dari pesantren.

Namun momen berhimpunnya anggota keluarga ini mengingatkan pada nasehat yang ada pada Al-Qur’an. Di tengah kehangatan dan cengkrama bersama orang-orang rumah, ada cermin keadaan di akhirat kelak apakah berada berada di neraka atau surga.

Bergembira di tengah anak dan istri adalah hal yang lumrah bagi kepala keluarga. Namun rasa gembira itu yang Allah pilih sebagai diksi untuk alasan seseorang tercebur ke dalam neraka.

اِنَّهٗ كَانَ فِيْٓ اَهْلِهٖ مَسْرُوْرًاۗ

Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di tengah keluarganya. (QS Al-Insyiqaq: 13)

Para ulama kemudian menerangkan bahwa bentuk kegembiraan itu adalah senang-senang yang mengikuti hawa nafsu sehingga lalai kepada Allah swt dan berbuat maksiat.

“Sesungguhnya dia mengira bahwa dia tidak akan kembali (kepada Tuhannya). Tidak demikian. Sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya.” Begitu firman Allah swt dalam ayat berikutnya, yaitu ayat 14-15.

Ketika pergi liburan bersama keluarga, salat terlupakan. Sang ayah/bapak boro-boro mengingatkan anak istrinya untuk tetap menjaga ibadah yang utama tersebut, malah ia juga menyepelekan hak Allah. Ada yang begitu?

Di tempat wisata, ibu atau anak perempuan tak acuh auratnya terbuka dan terlihat orang banyak, dan tak ada teguran dari kepala keluarga. Ada yang begitu?

Di tengah perbincangan penuh canda tawa terselip ghibah, dusta, dan olok-olok yang tak pantas. Ada yang begitu?

Memang Islam mentolerir masa-masa santai di tengah keluarga saat seseorang tak bisa setaat ketika ia di tengah kumpulan orang-orang saleh.

Hanzholah r.a. mengaku menjadi munafik di hadapan Abu Bakar r.a., karena merasa ada perbedaan kekhusyukan antara di tengah Rasulullah & para sahabat dibandingkan bila sedang bersama keluarga. Ketika mereka berdua mengadukan perasaan itu kepada Rasulullah saw., baginda memaklumi hal tersebut seraya memberi jawaban padat: “Ada masa-masanya”. “Sa’atan wa sa’atan.”

Maka kita bisa simpulkan bahwa relaksasi yang diizinkan agama ketika berada di tengah keluarga adalah ketika tidak sampai melanggar syariat Allah SWT. Toh Rasulullah juga sering bercanda dan bermesraan dengan istri-istrinya. Tapi Rasulullah saw tentu saja bukan orang yang tak segan bermaksiat. Justru ia adalah orang yang paling bertaqwa.

Ketaqwaan yang terjaga meski di tengah keluarga tercinta, adalah profil penghuni surga yang Allah singgung dalam QS Ath-Thur 26.

“Mereka berkata, “Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami, adalah orang yang takut (ditimpa azab Allah).”

Ketaqwaan itu tercermin dalam perasaan tidak aman, takut atas adzab Allah swt. Maka dengan sikap itu seorang kepala keluarga bisa membimbing istri dan anak-anaknya untuk menjauh dari neraka, mengamalkan perintah Allah swt dalam QS At-Tahrim ayat 6.

Keluarga itu pun menjaga salatnya meski dalam perjalanan wisata, menjaga auratnya di tengah khalayak, menjaga perbincangan dari yang diharamkan, menjaga akhlak ketika berurusan dengan orang lain.

Itulah profil keluarga kanan, maksudnya yang menerima kitab catatan amal dari sebelah kanan di akhirat nanti, yang akan Allah pertemukan kembali dalam keadaan bahagia dan telah merasa aman dari adzab Allah swt.

“Adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya, dia akan dihisab dengan pemeriksaan yang mudah. dan dia akan kembali kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.” (QS Al Insyiqaaq: 7-9)

“Allah menganugerahkan karunia kepada kami dan menjaga kami dari azab neraka.” (QS Ath-Thur: 27)

 

Tags: , , , , ,