RSS

Kepergian Sang Inspirasi

28 Sep

Pada hari wafatnya, setelah mengucapkan istirja’ dan doa untuk beliau, saya berterima kasih kepada penerbit buku seperti Gema Insani Press, Pustaka Alkautsar, dan penerbit lain yang telah menerjemahkan karya beliau ke dalam buku berbahasa Indonesia. Karena dengan begitu banyak umat Islam di negara ini, termasuk saya yang terjembatani dengan gunung keilmuan beliau yang menjulang.

Allah lah yang mengarahkan saya ketika berada di usia-usia bergejolak, baru puber dan duduk di bangku SMA, untuk masuk ke toko-toko buku sehingga bertemu dengan karya-karya beliau: Manajemen Waktu, Fiqh Prioritas, Eksistensi Allah, Taubat, dan judul lainnya. Sebagian masih ada di rak buku di rumah sampai sekarang, sebagian lagi hilang dipinjam kawan dan tak kembali.

Saya tidak punya datanya berapa banyak, tapi yang jelas rak-rak buku Islam di toko buku pada tahun 90an dan 2000an terdominasi oleh pemikiran-pemikiran beliau, rahimahullahu ta’ala. Maka wajar kalau hari-hari ini yang bersedih atas kepergian beliau tak sedikit.

Segala puji bagi Allah yang mengizinkan saya terinspirasi oleh beliau. Mendengar namanya menjadi obat futur karena tak pernah tak terpantik semangat untuk beramal.

Saya teringat tentang hadits Rasulullah saw berikut: “Apabila seorang hamba sakit atau bepergian (safar), dicatat (amalannya) seperti apa yang dikerjakannya ketika dia bermukim dan sehat.” (HR Bukhari). Umat mengenal beliau sebagai seorang penulis yang produktif. Biasanya, seseorang akan rehat sementara dari amal yang biasa ia lakukan ketika sakit atau dalam perjalanan. Tapi itu tidak berlaku bagi Syaikh. Cerita yang saya dengar, beliau pernah menyelesaikan sebuah buku dalam sekali perjalanan di atas pesawat. Begitu produktifnya beliau dalam menulis. Pun ketika usia lemah di penghujung ajalnya, beliau masih aktif menulis. Andai usia beliau lebih panjang lagi, akan makin banyak lagi buku yang ditulisnya.

Maka bisa dipahami kalau ia pernah membuat kalimat yang menginspirasi para pemuda: “Kalau dulu Konstantinopel kita taklukkan dengan pedang, insya Allah Roma akan takluk dengan lisan dan pena kaum muslimin.”

Yang orang kenang ketika beliau wafat adalah akhlak yang luhur dan ke-tawadhu-annya. Kata-kata pujian kepada ulama lain yang pernah ia sampaikan, diangkat kembali, bersanding dengan pujian orang kepadanya. Itulah yang semakin membuat Syaikh istimewa. Aduhai, wemoga saya – setidaknya – terhindar dari kenangan atas kata-kata yang buruk kepada orang lain, kalau tidak bisa dikenang atas kerendah hatian.

Selamat jalan, Syaikh Yusuf Qaradhawi. Amal saya jauh sekali di bawah Anda. Tapi syariat ini memperkenalkan amal “cinta” agar bisa bersama dengan orang-orang terkemuka di tengah umat ketika di akhirat kelak. Maka saya coba rintis amal itu salah satunya kepada Anda. Agar Allah bersamakan saya dan Anda di surga nanti. Amin.

 
Leave a comment

Posted by on September 28, 2022 in Orat Oret

 

Komentar dooong...!!!