Di depan kelas kini sudah berdiri Pak Amrizal yang akan mengajarkan pelajaran kimia. Pak Amrizal itu pun kemudian menuliskan tulisan “Materi” ke papan tulis.
“Baik anak-anak, sekarang kita belajar mengenai materi.” Ujar pak Amrizal setelah mengucapkan salam.
“Seperti telah diulas sedikit pada pertemuan terakhir, bahwa materi adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Sekarang, siapa yang tahu contoh materi ini?”
Karena khawatir terhadap budaya cemooh-nya Indonesia yang begitu kental, maka tak seorang anak pun yang mau menjawab.
“Baiklah kalau tidak ada yang mau menjawab. Bapak akan panggil melalui absen.” Pak Amrizal mengambil absen untuk kemudian menyebut sebuah nama, “Syafrie!”
“Contoh materi itu… mmmm… ya materai, Pak.”
“Materai?”
“Iya, yang kayak prangko itu lho.”
“Oke deh, ananda… Baik, nomor absent 24, Hafidz Alyusra, apa lagi contoh materi?”
“Materazzi Pak!” Jawab Hafidz yang gila bola.
“Apa itu?”
“Pemain belakang Inter Milan, Pak.”
“Oooh, jadi Materazzi itu mewakili manusia. Ya, manusia itu memang materi. Sekarang… Imam Taufik. Apalagi contoh materi?”
“Cewek Matre, Pak.”
“Lho, manusia kan udah disebut. Yang laen dong.”
“Oh ya, duit Pak.”
“Baik-baik. Tampaknya kalian sudah mengerti apa itu materi. Jadi…”
“Pak, kalau materi itu memiliki massa dan menempati ruang, maka ada suatu benda yang sangat cocok dan paling cocok disebut materi.” Interupsi Hamzatil Frengki.
“Apa itu?”
“Kursi, Pak.”
“Oh ya. Kursi memang termasuk materi. Tapi dari mana kamu berkesimpulan bahwa kursi paling cocok dikatakan materi.”
“Karena kursi memiliki massa pak. Coba, orang kalo mau dapet kursi, misalnya untuk pemilihan gubernur, dia kasak-kusuk cari massa. Sampe-sampe Presiden pun dijadiin massa dia. Nggak peduli banyak massa yang nggak suka sama dia.
Apalagi musim kampanye dan pemilu. Banyak yang ribut cari masa supaya dia dapet kursi di MPR atau pun di DPR. Pokoknya, kursi itu memiliki massa deh.
Dan kursi itu juga menempati ruang lho. Baik ruang MPR, ruang DPR plus terdakwa, ruang Gubernur, ruang DPRD, sampe ruangan yang bernama hati. Kalo di ruangan hati itu, jelas banyak orang yang memiliki hati yang ditempati kursi. Nggak peduli itu politikus, tukang becak yang mimpi jadi gubernur, sampe aktifis dakwah sekali pun. Banyak juga yang hatinya ditempati kursi.”
“Mmm… ya, ya… benar kata-kata mu, Nak. Memang kursi itu benar-benar memiliki massa dan menempati ruang. Kursi memang sebuah materi. Menurutmu, bagaimana dengan kursi Allah, apakah materi?”
“Jelas. Kursi Allah kan dalam ayat kursi dikatakan terdiri dari langit dan bumi. Hitung aja sama bapak sendiri berapa massanya langit dan bumi. Juga menempati ruang, yaitu jagad raya ini. Nah, kursi Allah ini sebenarnya lebih besar dari kursi-kursi yang ada. Tetapi nggak ngerti kenapa kok banyak yang nggak nyadar, bahwa ia berada di kursi Allah. Bukannya memuji Allah Yang Memiliki Kursi yang Agung, eh tapi dia rebutan kursi yang cuma berapa harilah jangka waktunya. Seharusnya orang-orang pencari massa dan ingin menempati ruang ini membaca ayat kursi minimal dua kali sehari, pagi dan petang.”
“SubhanaLlah. Bagus sekali paparanmu tentang kursi. Lalu tentang materi, bagaimana menurutmu Frengki?”
“Wah, sebenarnya materi itu udah dijadikan sembahan, Pak. Tanyain aja ke orang-orang, apa tujuan hidup kamu? Paling jawabnya pingin punya rumah gede lah, punya uang banyak lah. Yah, semua itu kan cuma materi. Padahal, ketika manusia sudah pindah ke alam baka’, sudah tidak ada lagi HP yang menempati ruang, laptop, baju, bola, game, semuanya tidak menempati ruang kecuali amal soleh yang berwujud kawan kita kelak. Amal soleh itulah yang menjadi materi ketika kita di alam baqa’. Seharusnya manusia mencari materi berupa amal soleh itu, Pak. Sekali pun di dunia tidak memiliki massa dan menempati ruang, tetapi pahala itu menempati ruang di alam kubur, dan memiliki massa di jembatan timbangan kelak.”
“Ya… ya… ya. Betul kata kamu Frengki. Materi yang sejati adalah amal soleh. Menempati ruang ketika kita di kubur nanti dan memiliki massa ketika kita ditimbang oleh Allah kelak. SubhanaLlah. Baik, kita akan meneruskan pandangan materi ini dari prespektif kimia…”
Ditulis tahun 2002-an
Fifin
December 6, 2011 at 9:11 am
wah artikel yang menarik..
tulisan sendiri mas?
tulisannya bagus
ngakak ketika baca ini
[…] “Oke deh, ananda… Baik, nomor absent 24, Hafidz Alyusra, apa lagi contoh materi?”
“Materazzi Pak!” Jawab Hafidz yang gila bola.
“Apa itu?”
“Pemain belakang Inter Milan, Pak.” […]
jadi ingat pelajaran waktu SMP atau SMU yah (lupa).. he he..
Zico Alviandri
December 6, 2011 at 9:37 am
Iya tulisan sendiri… Alhamdulillah yah.. belajar nulis itu sesuatu banget 😀
puchsukahujan
December 6, 2011 at 12:39 pm
tulisannya keren pak, ane izin nyantumin linknya ke blogroll ya
syukron.
Zico Alviandri
December 6, 2011 at 1:54 pm
Terima kasih banyak udah nyantumin link di blogroll 🙂 Aku rencananya juga mo masang blogroll. Lagi ngutak ngatik wordpress.. baru kali ini serius make blog di wordpress.
Evi
December 6, 2011 at 1:53 pm
Hahahaha..Minta materinya dong..
Zico Alviandri
December 6, 2011 at 1:56 pm
Yang mana? cewek matre? Materai? Kursi? 😀
Evi
December 8, 2011 at 5:38 am
Semuanya saja yang tersedia…
baju muslim
December 8, 2011 at 3:59 am
salam kenal aja yaaa…:)
Zico Alviandri
December 8, 2011 at 5:11 am
Salam kenal juga 🙂
HaKim
December 8, 2011 at 4:10 am
logika,…teringat buku yang lama tak dibaca dirumah….
nice….
Zico Alviandri
December 8, 2011 at 5:12 am
Wuiih.. buku apa tuh?
iman
December 8, 2011 at 4:23 am
Wah kreatif nih, seger baca tulisan ini. Ini omong2 guru kimianya jadi kayak guru agama ya hehehe.
Salam kenal ya bro 🙂
Zico Alviandri
December 8, 2011 at 5:07 am
Iyee.. selam kenal bro… Padahal kita udah beberapa kali ketemuan di acara debloger. Memang sih saya gak gitu aktif 😀
muamdisini
December 8, 2011 at 7:06 am
hehehehe…perspektif materi dari berbagai sisi…
wah..apa kabar..
sudah lama sepertinya saya tak berkunjung kesini….
Zico Alviandri
December 8, 2011 at 7:14 am
Gak lama kok mas. Ini memang blognya baru.. ungsian dari blog lama saya 😀
Sukajiyah
December 8, 2011 at 10:14 am
hehehehe… penuh sindiran ya..
salam kenal.. 🙂
ririe khayan
December 9, 2011 at 3:30 am
Guru kimianya berbasis Religi…semakin orang tahu tth science maka akan semakin tambah rasa taqwanya…Guru Kimia saya dulu perempuan, tegas, lumayan sadis (kata teman2 yg gak suka Kimia). Tapi cara mengajarnya mudah di cerna, jd meskipun beliau di bilang guru ‘sadis’ tapi saya menyukainya….
Zico Alviandri
December 12, 2011 at 2:19 am
Yup.. harusnya pendidikan science tidak dipisahkan dengan pengajaran agama. Supaya semakin bertambah ilmu peserta didik, semakin bertambah pula ketaqwaannya 🙂
bundadontworry
December 9, 2011 at 7:22 am
boleh minta kursinya mungkin ?
hahaha………………. 😀
atau Kursi Allah swt aja , yg jelas pasti nikmatnya ya Zico 🙂
salam
Zico Alviandri
December 12, 2011 at 2:20 am
Kalo mau kursi, harus dapet suara yang cukup. Tergantung bunda ada di dapil mana 😀
Lidya
December 11, 2011 at 8:10 am
amal sholeh materi yg sangat bermanfaat ya.thx untuk kunjungannya
titintitan
December 12, 2011 at 8:58 am
kereeen! gurunya meuni bijak dan anaknya cerdaaas 🙂
Susan Noerina
December 13, 2011 at 8:50 pm
Zicooooo….suka sangaadd dengan tulisan dikau yang ini 🙂
Gw rasa lo bagus juga ngeluarin buku, secara tulisannya keren2 🙂
Oya, ngomongin materi mah males. Sekarang, orang bunuh2an cuma gara duit sepuluh ribu. Apalgi ngomongin anggota dewan dan kursinya, hedeeehhh maleessss pisaann!!
Zico Alviandri
December 14, 2011 at 1:29 am
Iya sih mbak, punya cita2 pengen nerbitin buku.. Ya semoga suatu hari tercapai. Amiin 😀
Agus Setya
December 15, 2011 at 1:48 am
artikel yang berbobot pak, kita syukuri nikmat yang ada pada diri kita.